Suasana di Pasar Tanah Abang kini jauh berbeda dibanding masa kejayaannya beberapa tahun lalu. Kerumunan pembeli yang dulu memenuhi lorong-lorong pasar kini tak lagi terlihat. Sejumlah toko di lantai 5 Blok A, yang dikenal sebagai pusat busana muslim, tampak tutup. Sementara itu, toko-toko yang masih beroperasi pun sepi pengunjung, dengan hanya beberapa orang yang terlihat memilih-milih pakaian.
Untuk menarik minat pembeli, para pedagang berlomba-lomba menawarkan berbagai promo menarik. Mulai dari diskon besar-besaran hingga hadiah pakaian gratis bagi pembelian dalam jumlah tertentu. Tak sedikit pula pedagang yang mulai beradaptasi dengan tren digital, berjualan melalui siaran langsung di media sosial untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
Kondisi serupa juga terlihat di lantai lain Pasar Tanah Abang. Di beberapa toko, jumlah pegawai bahkan lebih banyak dibandingkan pengunjung. Meski demikian, geliat aktivitas masih terasa di lantai dasar dan beberapa lantai di atasnya, yang mayoritas diisi oleh toko-toko pakaian grosir. Di sana, sejumlah porter tampak hilir-mudik membawa karung berisi pakaian untuk dikirim ke berbagai daerah.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yasril Umar, mengakui bahwa menjelang Lebaran ada peningkatan jumlah pengunjung dibandingkan hari biasa, terutama pada akhir pekan. Namun, ia menyebut situasi ini masih jauh dari ideal.
“Seharusnya pada hari-hari seperti ini, beberapa tahun lalu sebelum pandemi Covid-19, Pasar Tanah Abang sedang berada di puncak kesibukan. Namun, berdasarkan situasi terkini, lonjakan pengunjung yang signifikan belum terlihat,” ujar Yasril.
Para pedagang masih berharap kondisi akan terus membaik seiring mendekatnya Hari Raya Idulfitri. Namun, mereka juga menyadari bahwa pola belanja masyarakat telah berubah, dan strategi pemasaran pun harus menyesuaikan dengan tren baru agar bisnis tetap bertahan.