BBI Pulau Salak Tingkatkan Produksi Udang Galah Unggul untuk Budidaya Berkelanjutan

Facebook
Twitter
WhatsApp

Balai Benih Ikan (BBI) Pulau Salak terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan sektor perikanan budidaya, khususnya dalam menghasilkan benih unggul udang galah. Dengan fasilitas yang memadai dan sistem kerja yang terstruktur dengan baik, hatchery ini menjadi pusat produksi utama yang mendukung keberlanjutan perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu.

Kepala BBI Pulau Salak, Fajarunun, menjelaskan bahwa hatchery ini telah beroperasi sejak tahun 2006 dan dilengkapi dengan gedung utama berukuran 10 x 47 meter. Proses produksi benih udang galah dimulai dari pemeliharaan induk hingga distribusi larva kepada pembudidaya.

“Hatchery kami dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti bak larva, bak induk, bak treatment air, serta bak pengendapan air tawar dan laut. Seluruh proses produksi diawasi dengan ketat untuk memastikan kualitas benih yang dihasilkan,” ujar Fajarunun, Senin (3/2/2025).

Hatchery ini dilengkapi dengan berbagai bak yang disesuaikan dengan tahapan produksi, antara lain:

  • Bak Larva: 10 bak (1 x 4 meter) untuk pembesaran larva awal.
  • Bak Induk: 4 bak (2 x 4 meter) untuk pemeliharaan indukan unggul.
  • Bak Treatment Air: 1 bak (2 x 4 meter) untuk menjaga kualitas air.
  • Bak Pengendapan Air Tawar: 2 bak (3 x 4 meter) untuk stabilisasi kualitas air tawar.
  • Bak Pengendapan Air Laut: 1 bak (3 x 4 meter) untuk menjaga kualitas air laut.

Untuk menjaga kestabilan lingkungan, bangunan hatchery ini menggunakan dinding batako setinggi 1,5 meter yang dilengkapi dengan material Go Green di bagian atas untuk mendukung sirkulasi udara dan efisiensi energi.

Pengawasan terhadap seluruh proses produksi dilakukan secara ketat oleh Muntalib sebagai koordinator, bersama empat tenaga teknis yang terlibat langsung dalam setiap tahapan produksi.

Proses Pemeliharaan dan Pemasaran Udang Galah

Indukan yang digunakan dalam hatchery ini diperoleh dari Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, untuk memastikan kualitas genetik dan produktivitas benih udang galah. Proses produksi benih dilakukan secara sistematis, meliputi:

  1. Pemilihan Indukan: Indukan matang gonad dipilih untuk memastikan kualitas larva.
  2. Penetasan: Indukan ditempatkan dalam bak khusus selama 24 jam hingga menetas.
  3. Pemindahan Larva: Larva dipanen dan dipindahkan ke bak pembesaran.
  4. Pemberian Pakan:
    • Usia 1-15 hari: Pakan alami berupa artemia.
    • Usia 15-30 hari: Pakan buatan (E-caster).
    • Usia 30 hari ke atas: Pakan buatan pabrik ukuran O.
  5. Pemasaran: Udang galah siap dipasarkan setelah berumur 30 hari.

Benih udang galah yang dihasilkan di BBI Pulau Salak telah dipasarkan ke berbagai daerah di Kalimantan, antara lain Paser, Samarinda, Balikpapan, Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, hingga Kuala Kapuas.

Kepala Dinas Perikanan Tanah Bumbu, H. Akhmad Rozain, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya mendorong peremajaan hatchery melalui rehabilitasi dan pembangunan fasilitas pendukung di BBI Pulau Salak.

“Dengan teknologi dan manajemen yang terencana, hatchery ini diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi penggerak utama sektor perikanan budidaya di Tanah Bumbu,” ujar H. Akhmad Rozain.

Dengan fasilitas yang terus diperbarui dan sistem produksi yang ketat, BBI Pulau Salak semakin siap untuk mendukung budidaya udang galah unggul, yang diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan sektor perikanan di Tanah Bumbu dan sekitarnya.

Artikel Pilihan